Untuk meningkatkan penjualan, pebisnis dapat menggunakan strategi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan targetnya. Nah, dalam dunia promosi penjualan, ada yang namanya istilah hard selling dan soft selling, yang keduanya memiliki tujuan untuk meningkatkan pendapatan bisnis. Teknik soft selling dan hard selling ini tentunya terdapat perbedaannya, yang akan kita bahas pada artikel ini.
So, apakah Anda sudah penasaran dengan apa sih perbedaan dari soft selling dan hard selling? Yuk simak ulasan di bawah ini!
Pengertian Soft Selling dan Hard Selling
Sebelum membahas mengenai perbedaan soft selling dan hard selling, kita pahami terlebih dahulu apa itu pengertian dari keduanya. Menurut SendPulse, hard selling adalah pendekatan penjualan langsung yang biasanya menggunakan bahasa mendesak, tekanan, dan teknik agresif agar pelanggan membeli barang dengan segera. Walaupun terkesan negatif, ternyata hard selling bermanfaat untuk mendapatkan keuntungan dalam waktu singkat lho!.
Sedangkan, melansir dari Investopedia, soft selling adalah pendekatan periklanan dan penjualan yang menggunakan bahasa halus dan teknik non-agresif. Berbeda dengan hard selling, soft selling tidak mendesak dan menghindari kemarahan pelanggan dengan melakukan teknik persuasif, serta halus. Strategi ini dilakukan agar bisnis mendapatkan penjualan berulang.
Baca Juga : Cara Meningkatkan Omset Penjualan Online, Mudah!
Perbedaan Hard Selling dan Soft Selling
Lantas, apa saja faktor perbedaan antara taktik soft selling dan hard selling? Berikut adalah ulasannya;
1. Jangka Waktu Penjualan
Perbedaan dari hard selling dan soft selling adalah dari segi jangka waktu penjualannya. Untuk taktik hard selling, penjual akan membujuk sebisa mungkin agar pelanggan bisa membeli barang dalam waktu cepat dan tanpa pertimbangan lebih lanjut. Berbeda dengan soft selling yang tidak ‘memaksa, taktik ini lebih memperhatikan kenyamanan pelanggan dan lebih fokus pada penjualan jangka panjang.
2. Tujuan dan Ketertarikan Konsumen
Perbedaan soft selling dan hard selling yang berikutnya adalah tentang tujuan dan ketertarikan konsumen. Untuk soft selling sendiri, bertujuan untuk meningkatkan hubungan dengan pelanggan sehingga dapat menarik konsumen untuk membeli produk atau jasa kita. Sedangkan, hard selling bertujuan hanya untuk menjual produk secepat mungkin dan tidak terlalu mementingkan ketertarikan konsumen. Oleh sebab itu, biasanya hard selling tidak direkomendasikan untuk jangka panjang.
3. Promosi yang Dilakukan
Perbedaan selanjutnya dari hard selling serta soft selling yaitu dari sisi promosi yang dilakukan oleh merek. Sebagai contoh hard selling, Anda mungkin pernah melihat diskon pada toko yang menuliskan ‘promo diskon 70% hanya untuk hari ini saja’ merupakan salah satu promosi dari hard selling, yang membuat pelanggan tidak mau ketinggalan. Sedangkan soft selling dilakukan dengan meningkatkan reputasi bisnis. Misalkan iklan soft selling makanan yang dibuat secara estetik untuk menggugah rasa lapar pelanggan, dan yang lain sebagainya.
4. Bidang Industri yang Menggunakannya
Perbedaan berikutnya dari soft selling dan hard selling adalah bidang industri yang menggunakannya. Biasanya teknik hard selling digunakan oleh bisnis asuransi maupun telemarketing, yang salesnya mendapatkan komisi begitu ia menjaring anggota yang banyak. Untuk soft selling, bisnis yang beragam dapat menggunakan taktik ini seperti bidang fashion, makanan, atau bahkan manufaktur.
5. Potensi Pembelian
Perbedaan soft selling dan hard selling adalah dari sisi potensi pembelian. Karena hard selling lebih kepada ‘memaksa’ dan membujuk pelanggan untuk membeli, maka potensi pembeli dari taktik ini tidak terlalu banyak dibandingkan dengan soft selling. Pasalnya, hard selling membuat pelanggan tidak nyaman sehingga reputasi merek bisa menurun. Oleh sebab itu, Anda bisa gunakan soft selling untuk meningkatkan potensi pembelian, walaupun mungkin membutuhkan waktu.
Baca Juga : 7 Tips Jitu Cara Promosi yang Menarik untuk Bisnis Anda
6. Hubungan Pelanggan dan Brand
Hubungan pelanggan dan brand merupakan perbedaan hard selling dan soft selling yang berikutnya. Untuk hard selling, kemungkinan hubungan pelanggan tidak terlalu baik sebab taktik ini seakan-akan memaksa pelanggan untuk membeli saat itu juga. Berbeda dengan taktik soft selling yang berfokus pada hubungan pelanggan dan meningkatkan reputasi bisnis.
Nah, demikianlah ulasan kali ini mengenai 6 perbedaan hard selling dan soft selling. Anda dapat menggunakan taktik keduanya ini sesuai dengan kebutuhan Anda dan yang paling terpenting adalah meningkatkan skill untuk menguasai strategi komunikasi dengan pelanggan. Untuk Anda yang tertarik dengan warehouse dan fulfillment, Anda bisa kontak kami untuk informasi menarik mengenai sewa gudang online untuk bisnis. Semoga bermanfaat ya!