Untuk Anda yang terbiasa dengan supply chain management, tentunya sudah familiar dengan istilah bullwhip effect. Secara sederhana, bullwhip effect mengacu kepada scenario dimana perubahan kecil dalam permintaan di rantai pasokan menjadi lebih besar saat menggerakkan rantai pasokan dari ujung ritel ke ujung manufaktur.
Dengan adanya bullwhip effect, hal ini dapat menyebabkan inefisiensi dalam rantai pasokan. Sebab setiap langkah dari rantai pasokan memperkirakan permintaan yang salah. Akibatnya, bullwhip effect menyebabkan investasi yang berlebihan dalam inventaris, kehilangan pendapatan, penurunan layanan pelanggan atau bahkan pemutusan hubungan kerja dan kebangkrutan.
Lantas, apa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi bullwhip effect? Simak ulasan berikut ini mengenai bullwhip effect.
Apa yang dimaksud dengan Bullwhip Effect?
Sebelum membahas mengenai bagaimana mengatasi bullwhip effect, mari kita pahami terlebih dahulu apa itu bullwhip effect. Melansir dari Tech Target, bullwhip effect adalah fenomena rantai pasokan yang menggambarkan betapa kecilnya fluktuasi permintaan di tingkat ritel, yang dapat menyebabkan fluktuasi permintaan yang semakin besar di tingkat grosir, distributor, produsen, dan pemasok bahan baku.
Baca Juga : Yuk, Kenali Istilah Pengiriman Barang yang Kerap Digunakan Berikut Ini!
Istilah ini dinamakan dengan bullwhip, yang disamakan dengan gerak fisika yang terlibat dalam memecahkan cambuk. Ketika seseorang yang memegang cambuk menjentikkan pergelangan tangannya, Gerakan yang relatif kecil menyebabkan pola gelombang cambuk semakin kuat dalam reaksi berantai. Oleh sebab itu, perubahan sedikit pada rantai di sepanjang rantai pasokan dapat berdampak besar pada rantai pasokan yang lainnya.
Penyebab Bullwhip Effect
Untuk memahami mengapa bullwhip effect dapat terjadi, berikut adalah penyebab yang penting untuk diketahui, yaitu sebagai berikut;
1. Masalah pada Lead Time
Lead time merupakan periode antara inisiasi proses atau pesanan dan penyelesaian atau pengirimannya. Ini adalah salah satu aspek penting dalam mengelola produksi, rantai pasokan atau inventaris. Intinya, lead time membantu bisnis mengalahkan persaingan dan menghindari kehabisan stok. Oleh sebab itu, masalah pada lead time dapat berpengaruh terhadap terjadinya bullwhip effect.
2. Miskomunikasi
Penyebab selanjutnya dari bullwhip effect adalah karena adanya miskomunikasi. Ketika terjadi miskomunikasi antara anggota rantai pasokan yang berbeda, hal ini bisa menciptakan kesalahpahaman. Efek dari bullwhip ini bisa muncul ketika berbagai pihak yang terkait dengan satu rantai pasokan gagal berbagi informasi mengenai masalah produksi, pergeseran permintaan, atau aspek penting lainnya dari rantai pasokan.
3. Demand Forecasting yang Keliru
Penyebab bullwhip effect pada supply chain yang berikutnya adalah karena demand forecasting yang keliru. Selain itu, juga dapat disebabkan oleh pengelompokan pesanan, fluktuasi harga dan permainan. Update dari demand forecasting dilakukan secara individual oleh semua anggota rantai pasokan. Setiap dari anggota tersebut memperbarui forecastingnya berdasarkan pesanan yang diterima dari pelanggan ‘hilir’nya. Semakin sedikit demand forecasting ini mencerminkan permintaan pelanggan akhir yang sebenarnya.
Cara Mengatasi Bullwhip Effect
Lantas bagaimana cara mengatasi bullwhip effect ini? Simak ulasan di bawah ini;
1. Sederhanakan Pasokan
Cara untuk mengatasi bullwhip effect yang pertama adalah dengan menyederhanakan pasokan. Bisnis dapat mengurangi ukuran pesanan mereka, yang dapat memungkinkan mereka merespons aktivitas pasar dengan kecepatan dan keserbagunaan yang tinggi. Selain itu, daripada diskon dan promosi yang bisa saja menyebabkan perubahan permintaan, bisnis bisa menawarkan harga yang lebih rendah.
2. Batasi Promosi dan Penjualan Produk
Cara mengatasi bullwhip effect yang selanjutnya adalah dengan membatasi promosi dan penjualan produk. Mungkin promosi produk terlihat dapat meningkatkan penjualan, namun hal ini ternyata dapat berakibat terhadap rantai pasokan. Tidak hanya itu, promosi dapat menyebabkan permintaan yang berumur pendek. Oleh karena itu, berikan promosi secukupnya saja untuk pelanggan.
Baca Juga : Perbedaan Pick Up dan Drop Off pada Jasa Pengiriman
3. Optimalkan Minimum Order Quantity (MOQ)
Cara selanjutnya untuk mengatasi bullwhip effect adalah dengan mengoptimalkan minimum order quantity (MOQ), atau jumlah pesanan minimum. Jumlah dari MOQ bisa berubah sesuai dengan permintaan pelanggan, jenis produk, dan lain-lain. Dengan jumlah pesanan minimum yang tinggi, kesenjangan tinggi antara pesanan yang berikutnya tentu tidak dapat dihindari. Dengan begitu, Anda bisa menurunkan MOQ ke level optimal, agar dapat terhindar dari bullwhip effect.
4. Gunakan Software Warehouse Management System
Cara mengatasi bullwhip effect yang berikutnya adalah dengan menggunakan software warehouse management system. Bisnis dapat mempertimbangkan untuk memanfaatkan sistem ini demi mengoptimalkan dan merampingkan proses rantai pasokan mereka. Tidak perlu dilakukan secara manual, sebab dengan adanya software ini, bisnis dapat memantau rantai pasokan secara otomatis.
Demikianlah pembahasan kali ini mengenai pengertian, tujuan, dan cara mengatasi bullwhip effect yang perlu Anda ketahui. Untuk Anda yang membutuhkan layanan warehouse dan fulfillment, Anda dapat manfaatkan layanan sewa gudang online dari SAP Express yang sudah dilengkapi dengan warehouse management system yang bisa memudahkan bisnis Anda.